Balai Konservasi dan Sumber Daya Alam (BKSDA) Suranadi

Balai Konservasi dan Sumber Daya Alam (BKSDA) Suranadi

Taman Wisata Alam Suranadi ditetapkan sebagai kawasan konservasi berdasarkan SK Mentan No. 646/Kpts/Um/10/76 tanggal, 15 Oktober 1976 dengan luas 52 Ha dan terletak di Desa Suranadi, Kecamatan Narmada, Kabupaten Lombok Barat, Provinsi Nusa Tenggara Barat. Kondisi topografi BKSDA Suranadi umumnya datar, landai, miring dan sedikit bergelombang dengan sudut kemiringan antara 1 – 3°, 9 – 15° dan 16 – 25°. Menurut klasifikasi Schmidt-Ferguson, BKSDA Suranadi memiliki tipe iklim D dengan curah hujan rata-rata antara 1500 s/d 2000 mm/tahun, hujan turun antara bulan Oktober – April. Temperatur minimum 22,2°C, maksimum 36,9°C. Tipe vegetasi yang menutupi BKSDA Suranadi merupakan vegetasi campuran yang tersebar merata dan ditandai dengan tumbuhnya pohon-pohon yang tinggi bercampur dengan perdu dan semak sehingga secara keseluruhan membentuk lapisan-lapisan tajuk tertutup. Jenis flora yang terdapat di TWA Suranadi antara lain Beringin (Ficus sp), Garu (Disoxilum sp), Terep (Arthocarpus Elastica), Suren (Toona Sureni), Kemiri (Aleurites Moluccana), Purut (Parathocarpus Venenoosa), Pulai (Alstonia Scholaris) dan lain-lain. Jenis satwa yang ada di BKSDA Suranadi didominasi oleh Kera abu-abu (Macaca Fascicularis) serta beraneka ragam burung serta kupu-kupu. BKSDA Suranadi merupakan hutan alam yang relatif utuh di tengah jepitan perkembangan masyarakat sekitarnya. Hutan yang memiliki luasan relatif kecil seluas 52 Ha ini terkait erat dengan perkembangan agama dan budaya masyarakat Lombok, karenanya di waktu-waktu tertentu di bagian wilayah hutan ini kerap dilaksanakan upacara – upacara keagamaan khususnya upacara Agama Hindu. Potensi alamnya yang relatif terjaga menjadikan hutan BKSDA Suranadi kaya akan aneka ragam tumbuhan mau pun satwa. Beberapa pohon tinggi dan diameter besar bahkan mencapai diameter lebih kurang 1,5 meter, akan banyak anda jumpai di banyak tempat di BKSDA Suranadi. Kanopi hutan yang relatif rapat menjadikan lantai hutan lembab dan ditumbuhi aneka  macam tanaman bawah. Kondisi ekosistem demikian memicu melimpahnya jamur dan serangga tanah. Sementara pepohonan besar dengan percabangan yang banyak dan melimpahnya sumber makanan menjadikan pilihan kera abu-abu bermukim. Perakaran pohon yang besar dan berserabut memicu kemampuan menahan air yang masuk di kawasan tersebut, sehingga di BKSDA Suranadi dijumpai beberapa mata air yang sanggup memasok kebutuhan air bagi masyarakat sekitarnya. Potensi ekologis sedemikian rupa ini menjadikan Suranadi ditujukan sebagai kawasan hutan/wisata pendidikan yang dapat dipadukan dengan aktifitas camping maupun wild watching. Menjelang musim hujan, pada sekitar Bulan September – Oktober dapat dijumpai cukup banyak jenis kupu-kupu di lokasi-lokasi yang agak terbuka sampai terbuka.  Jenis kupu-kupu yang dapat dijumpai antara lain  Papilio Helenus, Papilio Memnon, Graphium Sarpedon, Moduza Prochris dan lain-lain. Di kawasan ini juga dapat disaksikan fenomena ekologi yang sangat menarik berupa berbagai macam bentuk simbiosis tumbuhan dari sekedar simbiosis menumpang seperti tumbuhan merambat (Liana) sampai dengan strangler (mencekik) seperti yang terjadi pada pohon Pulai (Alstonia Scholaris) dan Beringin (Ficus Benjamina).  Fenomena ini menjadikan Kawasan BKSDA Suranadi cocok untuk kegiatan wisata pendidikan. Aktivitas wisata lain yang dapat dilakukan dalam kawasan ini adalah berkemah (camping) dan outbond.


Share This